Senin, 13 Juni 2011

The Kora-Kora Shop


                Tubuh gempal, tampang brewokan, dan kulit agak gelap, yah itulah cetak gambar dari salah satu penghuni kamar sebelah saya, Nurul Azhari namanya, atau sapaan akrabnya Kbbo (baca: kebo atau dalam  bahasa indonesia kerbau). Kalau saya ingat-ingat dulu, hmm wah saya tidak ingat, haha. Yah gambaran saja, waktu pertama ketemu kesan yang diberikan orangnya suka senyum dan bercanda, tipikal orang yang mudah berteman dan suka bergaul. Wah saya selalu sulit berkata kalau sudah berkaitan dengan pribadi seseorang, jadi langsung saja menuju ke tempat yang seharusnya, profil kreatifitas.
Awal semester tiga kemarin (sekitar tahun 2009 akhir) dapat dikatakan sebagai waktu pemotongan pita pendirian Kora-Kora Shop. Sebuah toko maya yang berdiri bersama berbagai deretan toko-toko online lainnya. Gagasan pendirian toko online ini ia serap dari seorang teman yang sudah pernah menggarap juga sebuah toko online namun tak dilanjutkan karena beberapa hal. Kbbo, mengambil sepatu sebagai produk utama toko dagangnya. Tidak semua sepatu, hanya sepatu New Balance yang ia masukkan ke dalam daftar menunya. Alasannya? Karena sepatu ini sedang nge-trend di kalangan scene hardcore (penikmat musik hardcore). Ya, teman saya yang satu ini memang penggemar musik hardcore,  sebuah lingkungan minor di blantika musik Indonesia yang sangat memuja lirik pop romantis dan lagu-lagu sendu. Dan satu hal lagi, spesialisasi. Kbbo berpetuah bahwa jika ingin lebih memajukan usaha, maka harus lebih spesifik dalam memilih produk, kalau pada manusia mungkin ini dinamakan pembentukan karakter, atau.. yah semacam itulah.
Kaskus, salah satu website jual-beli yang cukup ramai, merupakan tempat awal Kora-Kora Shop diperjuangkan. Ramai, adalah kata kunci yang tepat, karena keramaian inilah ia langsung mendapatkan order 7-10 buah sepatu pada waktu ia pertama kali membuka toko online. Begitu order diterima, ia segera melakukan kontak dengan supplier sepatu tersebut. Pengalaman memang terbukti sangat berperan dalam segala hal, kenyataannya stok sepatu yang ada hanya ada dalam satu ukuran. Hal ini tentu saja mendorong teman saya untuk melakukan beberapa pengorbanan, yang akhirnya order yang ia ambil hanya 1 saja. Sangat jauh, mengingat tawaran yang ada mencapai angka 2 digit dan ia hanya dapat memenuhi 1 order saja. Sebuah pengalaman berharga sebagai modal penjejakan pertama dalam dunia jual-beli.
Seiring waktu, ia mulai merambahkan tokonya ke dunia facebook. Yah kalai dilihat memang di facebook ini cukup banyak juga toko online yang bermunculan. Menurut Kbbo, facebook ini memiliki keunggulan lebih jika dibandingkan dengan Kaskus. Di Kaskus, kita harus sering “menyundul” atau gampangnya merawat toko kita agar tidak “tenggelam”, hilang karena tidak ada yang berpartisipasi (berkunjung dan meninggalkan comment). Sedangkan di dalam facebook, kita mengenal adanya sistem “tagging” sebuah foto yang kita tujukan pada orang-orang tertentu. Sistem ini mempunyai keunggulan dimana dari halaman beranda orang yang ditandai atau di-tag tersebut akan muncul foto yang juga dapat dilihat oleh teman-temannya. Intinya, di Kaskus ia hanya dapat menunggu pembeli saja, sedang di facebook ia dapat mendatangi langsung para calon pembeli. Yah, facebook memang terbukti sangat efektif, haha.
Kalau dipikir, di tingkat dua itu ia sangat aktif dalam menjalankan usahanya tersebut. Mondar-mandir mengambil dan mengantar barang pesanan, istilahnya COD (cash on delivery), dan juga mengirimkannya lewat jasa pengantar barang. Mengingat padatnya waktu kuliah dan beratnya beban mata kuliah yang ada, memang sangat  patut diacungi jempol teman saya ini, karena menurutnya pada tahun itulah Kora-Kora Shop mengalami kejayaannya. Ke-ja-ya-an, hey, tingkat tiga ini padahal lebih luang waktunya lho. Yah entahlah, ia sendiri yang mengatakan kalau waktu itu ia sampai mendapat order dari negara tetangga kita, Malaysia. Wow, dari negeri seberang kawan, bukan cuma dalam negeri ini. Sangat disayangkan memang, karena minimnya waktu, tenaga, dan rumitnya sistem pembayaran internasional, maka ia dengan terpaksa menolak order tersebut.
Sangat banyak yang telah dilalui, ia tealah mendapatkan berbagai pencapaian. Keuntungan material, dan juga nilai plus lainnya. Ia mengisahkan bahwa pemesan yang pernah memakai jasanya bukan saja dari kalangan umum, melainkan hingga kalangan punggawa musik hardcore Jakarta. Antara lain Gusse Aditya (drummer  band Kripik Peudeus), Heryanto (vocalist band beraliran straight edge, Thinking Straight), Andre Indriawan (keybordist band Delay Monday), dan Sony Haryadi (tokoh sesepuh scene musik metal Jakarta). Nama-nama band tersebut mungkin terdengar asing di teling kita, namun mereka smua sangat dikenal dalam lingkungan scene hardcore Jakarta. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi teman saya yang memang penggila aliran musik tersebut.
Jika berkata mengenai keuntungan, ia lebih menekankan pada jaringan hobi yang ia dapatkan. Dia sebut jaringan hobi, karena di sanalah tempat ia dapat berbagi mengenai kesukaannya terhadap sepatu, hardcore music, dan relasi dagang. Tentu saja kesulitan selalu ikut bergabung dalam semua kisah manis. Ia katakan hal yang paling sering ia alami adalah bagaimana seseorang telah memesan suatu barang pada tenggat waktu yang lama, belum membayar, dan pada akhirnya membatalkan pesanannya. Hanya mendengar saja sudah cukup sakit, apalagi mengalami, haha. Yah begitulah, ia tidak saja berpikir kreatif, namun juga berani untuk mewujudkan gagasan kreatifnya tersebut, dengan segala konsekuensinya.

1 komentar:

  1. Pekerjaan yang mengandung Hobi, kebahagiaan, rejeki, merupakan impian semua orang. Maka KREATIFLAH.

    BalasHapus